Pembantaian 16 Warga Afghanistan oleh Tentara Amerika Serikat

Jumat, 7 Juni 2013 09:04 WIB




Kebencian masyarakat Timur Tengah terhadap Amerika Serikat (AS) nampaknya tidak akan pernah berakhir. Fiuh! Pasalnya, tentara Amerika telah menembaki rakyat Afghanistan hingga menewaskan 16 orang dengan TANPA ALASAN....

Namun tentara itu mengakui kesalahannya di hadapan hakim pengadilan militer Amerika Serikat dan dengan pengakuan bersalah ini, tentara bernama Sersan Robert Bales itu terhindar dari hukuman mati. Wew...

Dengan mengakui 16 dakwaan pembunuhan berencana atas peristiwa yang terjadi di Afghanistan selatan pada Maret 2012 itu. Hakim Kolonel Jeffery Nance pun menyatakan Bales terancam mendekam di penjara seumur hidup, dengan tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat.

Bales mengaku bersalah dalam persidangan yang digelar di pengadilan militer di Joint Base Lewis-McChord, di sebelah selatan Seattle, negara bagian Washington, Rabu, 5 Juni waktu setempat.

Ungkapannya sangat mengerikan.. Bales mengungkapkan dirinya meninggalkan baraknya dan pergi ke desa terdekat. Begitu tiba di desa tersebut, dirinya berniat membunuh lalu dia pun menembaki korban-korbannya satu per satu.

"Tindakan ini tanpa justifikasi hukum, pak," kata pria berumur 39 tahun itu kepada hakim seperti dilansir News.com.au, Kamis (6/6/2012).

Ketika hakim menanyakan alasan dia membantai warga desa tersebut, Bales tak bisa menjawab.

"Pak, sejauh tentang kenapa -- saya telah menanyakan pertanyaan itu sejuta kali sejak saat itu. Tak ada alasan bagus di dunia ini soal kenapa saya melakukan hal-hal mengerikan yang saya lakukan itu," tutur Bales.

Sebagian besar korban tewas dalam kejadian itu adalah wanita dan anak-anak. Selain menembaki korban-korbannya, Bales juga membakar sebagian jasad korban. Benar-benar sangat sadis.

Awalnya, jaksa penuntut militer berupaya menuntut hukuman mati atas Bales pada persidangan yang digelar November 2012 lalu. Namun para pengacara Bales mencapai kesepakatan dengan para penuntut militer untuk tidak menuntut hukuman mati atas terdakwa sebagai ganti atas pengakuan bersalahnya.

Bendera Afghanistan
Tentu saja, hal ini menimbulkan kemarahan para keluarga korban. "Yang saya inginkan cuma melihat orang ini dieksekusi. Kami tak ingin yang lain," kata Samiullah yang kehilangan ibunya dalam pembantaian yang terjadi di Afghanistan selatan pada Maret 2012 itu. Zardana, putri Samiullah dan putranya, Rafiullah juga terluka dalam peristiwa itu.

Zardana yang kini berumur 12 tahun, mengalami kelumpuhan pada salah satu lengan dan kakinya akibat kejadian tersebut. Meskipun dia telah menjalani perawatan medis di AS selama empat bulan.

"Tak ada yang akan memuaskan kami kecuali eksekusi orang ini. Dia telah menembak anak-anak saya, membunuh ibu saya dan kami ingin dia dieksekusi," cetus Samiullah.

Hal senada disampaikan Haji Naeem, warga desa lainnya di distrik Panjwai, provinsi Kandahar, tempat Bales melakukan pembantaian itu. Dalam kejadian tersebut, pria itu terluka bersama seorang putranya dan dua anak perempuannya.

"Lihat apa yang telah diperbuatnya pada saya," ujarnya kepada AFP. "Saya tak bisa menggerakkan lengan saya. Orang-orang Amerika akan melakukan apa yang mereka mau. Hanya eksekusi dia yang akan menyembuhkan luka-luka kami. Kami ingin dia dieksekusi, dan dieksekusi di Afghanistan," tegasnya.

Hmm... Hari ini kita semakin disadarkan bagaimana seseorang bisa kehilangan akal dan membunuh sesamanya tanpa belas kasihan. Bagaimana keadilan juga masih dipertanyakan meskipun di Amerika. So? What do you got?


Sumber : detik.com
Editor : Anthony Timothy Susanto

0 komentar:

Posting Komentar